Postingan

Do'a dan Sikap Kita

Gambar
Dalam kitab Nashoihul Ibad, sebuah hadist Qudsi memberi deskripsi bagaimana seharusnya seorang hamba berkebutuhan terhadap Allah, Tuhannya.  "Sesungguhnya Aku lah Allah Yang Maha Agung ... Jika engkau lapar, maka memintalah makanan padaku, jika engkau tidak berpakaian memintalah pakaian padaku, ..." dst.  Allah mengenalkan diri Nya sebagai dzat Yang Maha Kaya, Maha Mampu. Penjelasan selanjutnya, "Andaikan semua mahluk dari masa Adam dilahirkan hingga manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat, kemudian seluruhnya itu meminta kepada Ku, lalu Aku (Allah) kabulkan semuanya sesuai permintaan mereka. Niscaya  perbendaharaan ku tidak berkurang sedikit pun, seperti sebatang jarum yg dicelup pada air di lautan sangat sedikit air yg terambil dari jarum itu. Demikian perumpamaan nya (bahkan bisa lebih tak terhingga Kuasa dan Kekayaan Allah).  Teks tersebut disampaikan melalui tulisan Ulama' Ibnu Hajar Al Atsqolani dan diberi penjelasan oleh Imam Nawawi al Jawi. Sebuah just...

Logika Membangun Gerakan Perempuan (Sebuah Ijtihad)

"Manusia-manusia purba ini bermain, bercinta, menjalin persahabatan dan bersaing demi status dan kekuasaan. Namun simpanse, babun, gajah juga melakukannya". Tidak ada yang istimewa pada manusia. Tak seorang pun, -termasuk juga para manusia itu sendiri- yg sedikitpun berpikir suatu saat akan berjalan di Bulan, memecah atom, membaca sandi genetik, dan menulis buku sejarah. Yang terpenting diketahui soal manusia purba adalah bahwa mereka meruoakan hewan tak berarti, dengan dampaknya terhadap lingkungan tak lebih besar daripada gorila, kunang-kunang, atau ubur-ubur. Ada yang pernah membaca penggalan kalimat itu ? Mungkin sebagian pernah, atau bahkan baru sempat mendengar nama penulis buku nya; yaitu Yuval Noah Harari. Tanpa bermaksud untuk meresensi apalagi membedah, sama sekali bukan ke arah itu. Saya hanya hendak mengajak nona sekalian merenung dalam (kalaupun masih sulit utk tadabbur), dengan kalimatnya yang menggandrungi lahirnya 3 revolusi besar dalam perjalanan seja...

Pandemi dan Aspirasi Zaman

( Catatan kecil dari diskusi bersama Mas Kartika Nur Rahman, Zakatin ) "Banyak pandemi merubah sejarah," pungkas Mas Nur dalam paparannya tadi malam. Ia menanggapi pertanyaan Pak Fauzul Mubin tentang wabah covid-19, "apakah mungkin wabah ini akan menjadi fase bangsa Indonesia mengalami 'belokan sejarah' (mengutip bahasa Anis Matta) ?. Kemungkinan itu dicontohkan pemapar dengan apa yang terjadi pada negara-negara kuat seperti Amerika, Eropa di tahun 1300 -an, yang juga mengalami perubahan sejarah dg asbab pandemi. Apakah demikian juga dengan perjalanan  Indonesia sebagai bangsa dan negara kesatuan ? Siangnya, pun saya membaca sepintas analisa dari bung 'Gueinul' di laman medsosnya mengenai bentuk negara, tentang relevansi NKRI dewasa ini dan kerinduannya atas RIS, ungkapnya, pola otonomi daerah yg telah berlaku saat ini lebih mendekati bentuk negara federal ketimbang negara kesatuan. Meski hal itu pun dibantah (kebetulan oleh Mas Nur juga), mengena...

SEBAGAI INSTRUKUR KAMMI (3); Menyumbang Sepenggal Epilog

Mengelola DM3 ke-3 dan Menjejak Kepri kali ke-3 ( Tulisan ini memang hanyalah sepenggal Epilog yang diminta panitia. Diawali cerita, semoga ada manfaat bagi yang membaca )   Tidak butuh waktu lama memutuskan keberangkatan pada tugas besar kali itu. Setelah dimanjakan dengan pesona sejarah alam melayu di Pulau Batam, suatu tempat dimana kita dapati pintu Doraemon menuju Singapura. Batam juga meninggalkan jejak sejarah yang agung, sebagai bagian dari wilayah kemaharajaan melayu yang memberi  pengaruh besar pada permulaan Islam di tanah air. Di kesempatan itulah secara khusus, ketua Korps Instruktur Wilayah Kepri yang tidak lain adalah sahabat saya, menyampaikan surat tugas, dengan lisan pun ia pertegas "DM3 akan dilangsungkan bulan depan, tolong kau datang". Sehingga itu adalah kali ketiga di Kepri, setelah TFI khusus Batam tersebut dan TFI Kepri yang pertama kali digelar di Poyotomo Pulau Bintan, 2018 silam. Mengelola DM3 jika sesuai pada tertib keinstrukturan, menempa...

Pribadi yang Ringan

Pembuka Saat tercetus kalimat pribadi ringan ini, yang terbayang di benak saya tidak lain adalah sosok ulama kharismatik Buya Hamka. Visualisasinya dibantu lewat berbagai karikatur dan photo beliau di beberapa cover buku karangannya, yang berwajah santun, senyum lebar nan teduh, mencerminkan sosok yang ringan memandang hidup, walaupun beban tak terhingga beratnya, sebab terbiasa menanggung persoalan ummat. Lebih jauh lagi, sosok baginda Nabi, yang tentu tak dapat dibayangkan wajahnya, hanya ditelusuri dan direka-reka melalui penjelasan dalam Syamail Muhammadiyah. Sebab tak boleh ada yang memvisualisasikannya dalam karya rekaan nyata, baik karikatur apalagi film kartun. Ia begitu agung nan suci, hingga siapa saja yang menemukan wajah nya dalam tidur (mimpi) maka benarlah ia telah menjumpainya, syetan tak satupun bisa menyerupai. Sosok baginda Nabi SAW hanya bisa dirindui, semakin memuncak kerinduan, saat kita begitu butuh semisal keadilan yang dulu ditegakkannya. Dari kisah perja...

Ekspektasi Orientasi TC yang "Boleh Juga"

Gambar
Istilah Training Centre ini pertama kali saya simak pada zaman kepengurusannya Kang Andriyana tahun 2013-2015. Saat itu, saya pikir hanya semata gagasan Pak Sekjend, almarhum untuk menyatukan pandangan seluruh pengurus pusat yang menjabat. Tidak sempat terkonfirmasi, namun akhirnya itu menjadi tradisi kepengurusan setiap kali terbentuk pasca pelantikan. Tujuannya tidak lain, sebagai masa perkenalan, masa orientasi kepengurusan, juga pemaparan sebagian program kerja bidang jika waktu masih memungkinkan. Barangkali inilah kesempatan kedua bagi saya pribadi, menghadiri Training Centre 1. Sebelumnya pada 2017, dimana energi berpikir itu habis di bagian awal untuk perumusan tag line kepengurusan. Arahan Ketum pun tidak sempat disimak kala itu. Maka amat bersyukur di tahun ini saya merasa ada perbaikan agenda yang terlaksana. Bermula dari sesi ekspektasi orientasi, yang sempat menjadi bahan bancakan sebagian hadirin. Lebih tepatnya, mempertanyakan mungkin ya, hehe. Apa benar, moment itu...

Kampung Santri di Lapas Pemuda

Gambar
Banyak orang disandra stigma negatif mengenai Lapas dan warga binaan, seolah tak dapat lepas keduanya dari jerat kejahatan, pelanggaran dan tindak kriminal merugikan. Namun, persepsi itu akan runtuh seketika melihat aktifitas warga binaan yang berkelindan sangat erat dengan Al Qur'an. Komunitas Nirunabi telah membuktikannya sejak 2017 lalu, membersamai proses hijrah warga binaan, menyambut penyesalannya, menuntun kesungguhannya, saling bergenggaman meraih kebaikan dalam hidup. Kali ini di Lapas Pemuda Tangerang, pemandangan yang mulai terbiasa bagi kami itu, bertambah kuat menggurat kesan; para WBP begitu gigih membina diri, begitupun pihak Lapas yang sangat loyal memfasilitasi. Lapas yang berdiri  kokoh di tengah kota Tangerang ini, rupanya juga difungsikan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah setempat. Mengingat usianya yang hampir 1 abad, sebagai peninggalan pemerintah Hindia Belanda. Maka tak heran jika konstruksi bangunannya masih khas pemerintah kolonial. Tahun 1927 l...