Do'a dan Sikap Kita


Dalam kitab Nashoihul Ibad, sebuah hadist Qudsi memberi deskripsi bagaimana seharusnya seorang hamba berkebutuhan terhadap Allah, Tuhannya. 

"Sesungguhnya Aku lah Allah Yang Maha Agung ... Jika engkau lapar, maka memintalah makanan padaku, jika engkau tidak berpakaian memintalah pakaian padaku, ..." dst. 

Allah mengenalkan diri Nya sebagai dzat Yang Maha Kaya, Maha Mampu. Penjelasan selanjutnya, "Andaikan semua mahluk dari masa Adam dilahirkan hingga manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat, kemudian seluruhnya itu meminta kepada Ku, lalu Aku (Allah) kabulkan semuanya sesuai permintaan mereka. Niscaya  perbendaharaan ku tidak berkurang sedikit pun, seperti sebatang jarum yg dicelup pada air di lautan sangat sedikit air yg terambil dari jarum itu. Demikian perumpamaan nya (bahkan bisa lebih tak terhingga Kuasa dan Kekayaan Allah). 


Teks tersebut disampaikan melalui tulisan Ulama' Ibnu Hajar Al Atsqolani dan diberi penjelasan oleh Imam Nawawi al Jawi. Sebuah justifikasi untuk setiap hamba agar tidak ragu memohon apapun pada Tuhan nya. Sekaligus sebuah penegasan kemaha besaran Allah yang tiada tanding, sehingga tidak pantas bagi manusia untuk membesar-besarkan apa pun dan siapa pun selain Allah. 


Tapi ada yang mengusik pikiran saya di teks selanjutnya. Bahwa tidaklah dianjurkan bagi hamba berdo'a agar Allah mengampuni semua dosa kaum Muslimin sampai habis ledis. Mengapa? Sebab Allah telah menciptakan Neraka Wail untuk diisi. Yang mungkin kita do'akan untuk kaum Muslimin adalah agar Allah mengampuni kesalahannya (dosanya).  


Hal itu ditegaskan Imam Nawawi tidaklah dibenarkan seorang hamba meminta sesuatu yang tidak dilakukan jalan ikhtiarnya. Ia mencontohkan: seorang memohon kepada Allah diberi 3 bis. Tapi orang itu tidak ada dalam ikhtiar mendapatkan bis tersebut. Maka tidak akan tercapai. Dst. 


Mengenai Neraka Wail, rasanya kita perlu memperjelas agar tidak putus asa dalam meminta ampunan pada Allah. Q.S al Maaun rupanya telah memberi peringatan itu. Bahwa diantara kita ada pendusta agama, yaitu orang yang menghardik anak yatim; yang tidak mendorong orang lain memberi makan fakir miskin. Lalu ada neraka wail yang dijanjikan, akan diisi oleh mereka yang melaksanakan sholat. Ko bisa? 


Bisa. Jika mereka lalai dalam sholat nya (melalaikan sholat), dan mereka selalu berbuat hanya karena ingin dipuji orang (berbuat Riya'). Naudzubillah. Betapa dekat perbuatan-perbuatan itu dengan kita. 


Maka di teks berikutnya, Ibnu Hajar membekali kita dengan do'a khusnul khotimah yg dawam dibacakan Nabi SAW. Ini do'anya. 




(Gambar di atas isi teks nya sama. Hanya beda sumber teks)

Jadi, yg sy pahami Kuasa Nya Allah itu seringkali tidak dilepaskan dengan rasionalisasi yang dibangun melalui sistem ritual peribadahan. "Kalau ingin begitu, maka kamu harus begini". Seolah-olah gitu. Walaupun, sangat mungkin Allah mengabulkan segala pinta kita tanpa syarat. Sangat mungkin juga semua dosa Allah hapuskan atas hamba Nya bahkan tanpa diminta, selama hamba tsb. ada di jalan itu. Misalnya mengalami mati Syahid, sehingga kematiannya tanpa hisab. Contoh lain, misalnya ia hafal al Qur'an sehingga disediakan tempat yang tinggi di sisi-Nya dan jenis surga tertentu, diringankan siksa kuburnya, dan diharamkan dari siksa api neraka. Juga melalui mekanisme lain yang telah Allah gariskan dalam ayat Qur'an dan Sunnah Nabi Nya. 


Wallaahu 'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBAGAI INSTRUKTUR KAMMI (1)

Harusnya, Munadzomun Fii Syu'unihi

SEBAGAI INSTRUKTUR KAMMI (2)