Ekspektasi Orientasi TC yang "Boleh Juga"
Istilah Training Centre ini pertama kali saya simak pada zaman kepengurusannya Kang Andriyana tahun 2013-2015. Saat itu, saya pikir hanya semata gagasan Pak Sekjend, almarhum untuk menyatukan pandangan seluruh pengurus pusat yang menjabat. Tidak sempat terkonfirmasi, namun akhirnya itu menjadi tradisi kepengurusan setiap kali terbentuk pasca pelantikan. Tujuannya tidak lain, sebagai masa perkenalan, masa orientasi kepengurusan, juga pemaparan sebagian program kerja bidang jika waktu masih memungkinkan.
Barangkali inilah kesempatan kedua bagi saya pribadi, menghadiri Training Centre 1. Sebelumnya pada 2017, dimana energi berpikir itu habis di bagian awal untuk perumusan tag line kepengurusan. Arahan Ketum pun tidak sempat disimak kala itu. Maka amat bersyukur di tahun ini saya merasa ada perbaikan agenda yang terlaksana.
Bermula dari sesi ekspektasi orientasi, yang sempat menjadi bahan bancakan sebagian hadirin. Lebih tepatnya, mempertanyakan mungkin ya, hehe. Apa benar, moment itu akan disetting selayaknya dauroh-dauroh ?. Ada MoT yang tampil dimuka acara, menjajak pandangan dan harapan seluruh peserta, lalu akan dipantik seluruhnya agar mengarah pada orientasi training / dauroh / pelatihan. Namun memang tak ada gugatan yang cukup berarti dari hadirin, selain demi memperjelas alur agenda yang bernama TC 1 itu.
Pola demikian, boleh dibilang tepat, bagi saya. Sebagaimana Sekjend menerangkan, sesi itulah base line dari agenda sehingga semua peserta diperlakukan manusiawi bahkan dengan menghargai kebebasan berpikir masing-masingnya. Persis seperti dauroh, dimana setiap peserta diberikan hak penuh untuk menyampaikan pandangan dan harapan, sehingga dapat menjadi bahan untuk aransemen lagu yang indah.
Muncul dan timbul lah itu kemudian, dari beberapa kepala yang berpikir, dari dada yang resah dan prasangka yang masih baik pada masa depan gerakan. Seorang Kepala Bidang SDM Strategis diantaranya, memandang persoalan keadaban sebagai satu konsentrasi yang penting dibenahi, lalu bagaimana KAMMI dapat melaju diatas peradaban yang baik, yang Islam serta patut. Ada juga yang besar pengharapannya pada kemandirian aspek finansial sehingga menunjang keberlangsungan kerja gerakan. Pun dengan saya, yang tak luput mengutarakan resah, agar personalia pengurus pusat senantiasa perhatian pada aspek spiritual-bathiniah, sebagai jiwa gerakan, soliditas anggota serta amanat muktamar sebagai kerangka menyusun kerja. Sesi itu diramaikan oleh beberapa suara yang unjuk. Begitu girang rasanya hati menyaksikan suara yang sambung menyambung penuh antusias. Sebelum akhirnya Mas Evan, selaku Ketum, membacakan visi dan misi kepengurusan.
Visi yang dijelaskan ulang berikut Misi yang mengikuti, akhirnya dituturkan sebagai buah cita-cita Ketua Umum terpilih, yang akan memandu tugasnya selama 2 tahun kepengurusan. Disitulah seluruh tim meyakini kredibilitas pimpinannya, membawa arah perjuangan gerakan. Ketum, nampak begitu besar perhatiannya pada aspek kekuatan kader grass root, serta keberpihakannya yang dominan pada persoalan keummatan. Ia berulang kali berpesan, agar setiap PP berkenan untuk merangkul kader grass root sebab mereka lah hakikatnya pemilik basis gerakan.
Dari sini juga kita memahami, betapa hari-hari Sang Pimpinan serta jajaran telah dipandu misi yang agung. Sehingga menutup celah waktu luang dan kesia-siaan. Revitalisasi pengkaderan misalnya, Intelektualitas keislaman sebagai otak gerakan, dan pemeliharaan ruhani yang kokoh sebagai jiwa gerakan, hingga kemandirian sebagai bahan bakar gerakan, akhirnya memacu kami untuk terus berupaya mengimbangi narasi besar yang telah dibangun Ketua Umum. Sehingga forum itu terbingkai rapi, lebih bernash serta energik memproduksi kembangan gagasan lainnya yang lebih teknis dan aplikatif.
Sebagai instruktur yang cukup tua usia, saya selalu berpandangan agar sesi ini jangan sampai gagal dikedepankan. Sebab disinilah jiwa suatu pelatihan / dauroh itu dinyalakan, laksana Ruh yang menghayati keseluruhan proses sehingga tercapai hasil yang sesuai, antara bagaimana seharusnya dan apa adanya. Antara ekspektasi dan realita; input dan output; serta antara pijakan dan tujuan. Kiranya begitupun dengan TC1 kali ini, istilah Training Centre menjadi penanda persamaan makna dengan pelatihan-pelatihan lain atau dauroh dalam bahasa arab. Hanya beda bahasa, bukan ?
Maka, jika meninjau maksud dan tujuan dari TC ini, saya rasa baik untuk bisa direplikasi oleh satuan lain dibawahnya (PW, PD, PK).
Orientasi - Ekspektasi ini akhirnya membuka kran berpikir yang leluasa, yang tidak takut salah dan disalahkan, sebab sudah terang suara kita dihargai. Paling tidak, ini menjadi jendela sebelum benar-benar masuk serumah di kepengurusan.
Semoga solid, senantiasa dapat menjaga kerukunan dalam upaya tawassaubil Haq, tawassubissabr, (Q.S Al 'Ashr).
1 Maret 2020
ER
Barangkali inilah kesempatan kedua bagi saya pribadi, menghadiri Training Centre 1. Sebelumnya pada 2017, dimana energi berpikir itu habis di bagian awal untuk perumusan tag line kepengurusan. Arahan Ketum pun tidak sempat disimak kala itu. Maka amat bersyukur di tahun ini saya merasa ada perbaikan agenda yang terlaksana.
Bermula dari sesi ekspektasi orientasi, yang sempat menjadi bahan bancakan sebagian hadirin. Lebih tepatnya, mempertanyakan mungkin ya, hehe. Apa benar, moment itu akan disetting selayaknya dauroh-dauroh ?. Ada MoT yang tampil dimuka acara, menjajak pandangan dan harapan seluruh peserta, lalu akan dipantik seluruhnya agar mengarah pada orientasi training / dauroh / pelatihan. Namun memang tak ada gugatan yang cukup berarti dari hadirin, selain demi memperjelas alur agenda yang bernama TC 1 itu.
Pola demikian, boleh dibilang tepat, bagi saya. Sebagaimana Sekjend menerangkan, sesi itulah base line dari agenda sehingga semua peserta diperlakukan manusiawi bahkan dengan menghargai kebebasan berpikir masing-masingnya. Persis seperti dauroh, dimana setiap peserta diberikan hak penuh untuk menyampaikan pandangan dan harapan, sehingga dapat menjadi bahan untuk aransemen lagu yang indah.
Muncul dan timbul lah itu kemudian, dari beberapa kepala yang berpikir, dari dada yang resah dan prasangka yang masih baik pada masa depan gerakan. Seorang Kepala Bidang SDM Strategis diantaranya, memandang persoalan keadaban sebagai satu konsentrasi yang penting dibenahi, lalu bagaimana KAMMI dapat melaju diatas peradaban yang baik, yang Islam serta patut. Ada juga yang besar pengharapannya pada kemandirian aspek finansial sehingga menunjang keberlangsungan kerja gerakan. Pun dengan saya, yang tak luput mengutarakan resah, agar personalia pengurus pusat senantiasa perhatian pada aspek spiritual-bathiniah, sebagai jiwa gerakan, soliditas anggota serta amanat muktamar sebagai kerangka menyusun kerja. Sesi itu diramaikan oleh beberapa suara yang unjuk. Begitu girang rasanya hati menyaksikan suara yang sambung menyambung penuh antusias. Sebelum akhirnya Mas Evan, selaku Ketum, membacakan visi dan misi kepengurusan.
Visi yang dijelaskan ulang berikut Misi yang mengikuti, akhirnya dituturkan sebagai buah cita-cita Ketua Umum terpilih, yang akan memandu tugasnya selama 2 tahun kepengurusan. Disitulah seluruh tim meyakini kredibilitas pimpinannya, membawa arah perjuangan gerakan. Ketum, nampak begitu besar perhatiannya pada aspek kekuatan kader grass root, serta keberpihakannya yang dominan pada persoalan keummatan. Ia berulang kali berpesan, agar setiap PP berkenan untuk merangkul kader grass root sebab mereka lah hakikatnya pemilik basis gerakan.
Dari sini juga kita memahami, betapa hari-hari Sang Pimpinan serta jajaran telah dipandu misi yang agung. Sehingga menutup celah waktu luang dan kesia-siaan. Revitalisasi pengkaderan misalnya, Intelektualitas keislaman sebagai otak gerakan, dan pemeliharaan ruhani yang kokoh sebagai jiwa gerakan, hingga kemandirian sebagai bahan bakar gerakan, akhirnya memacu kami untuk terus berupaya mengimbangi narasi besar yang telah dibangun Ketua Umum. Sehingga forum itu terbingkai rapi, lebih bernash serta energik memproduksi kembangan gagasan lainnya yang lebih teknis dan aplikatif.
Sebagai instruktur yang cukup tua usia, saya selalu berpandangan agar sesi ini jangan sampai gagal dikedepankan. Sebab disinilah jiwa suatu pelatihan / dauroh itu dinyalakan, laksana Ruh yang menghayati keseluruhan proses sehingga tercapai hasil yang sesuai, antara bagaimana seharusnya dan apa adanya. Antara ekspektasi dan realita; input dan output; serta antara pijakan dan tujuan. Kiranya begitupun dengan TC1 kali ini, istilah Training Centre menjadi penanda persamaan makna dengan pelatihan-pelatihan lain atau dauroh dalam bahasa arab. Hanya beda bahasa, bukan ?
Maka, jika meninjau maksud dan tujuan dari TC ini, saya rasa baik untuk bisa direplikasi oleh satuan lain dibawahnya (PW, PD, PK).
Orientasi - Ekspektasi ini akhirnya membuka kran berpikir yang leluasa, yang tidak takut salah dan disalahkan, sebab sudah terang suara kita dihargai. Paling tidak, ini menjadi jendela sebelum benar-benar masuk serumah di kepengurusan.
Semoga solid, senantiasa dapat menjaga kerukunan dalam upaya tawassaubil Haq, tawassubissabr, (Q.S Al 'Ashr).
1 Maret 2020
ER
Komentar
Posting Komentar