Konseling : Kebutuhan Manusia Masa Depan

Di awal pertemuan Calon Mahasiswa penerima beasiswa Qur'an, seorang pembimbing menerangkan hak pembelajaran yang akan diperoleh pada prodi Healing Counseling (dahulunya), yang kemudian terjadi perubahan nomenklatur bernama Bimbingan Penyuluhan Islam Konseling, hingga diresmikan berdasarkan opsi dari pihak kopertais menjadi Bimbingan Penyuluhan / Konseling Islam, dengan gelar Sarjana Sosial Islam di akhirnya. 

Tidak dapat ditebak secara pasti, apa yang akan menjadi dasar keilmuan dominan dalam program studi ini, awalnya. Namun, posisi prodi yang dinaungi oleh Fakultas Psikologi, memberikan deskripsi singkat bahwa kajian ilmu jiwa adalah pembahasan sentral yang akan menjadi hidangan keseharian kelak. Yang kemudian disematkan "Islam" sebagai penegas kerangka keilmuan yang diajarkan. Dalam pada itu ditemukanlah bahwa Konseling merupakan tema sentral program studi ini. 
Dalam berbagai arahannya kepala prodi, (Ustadz) Abdullah Hakam Shah, Lc., M.A berulang kali menggambarkan posisi peran praktisi konselor di masa depan, yang tidak akan terpisah dari perkembangan kemajuan bangsa. Hal ini diyakini dengan kompleksitas permasalahan hidup yang niscaya, yang butuh penanganan khusus dalam menyikapinya. Peran konselor lah yang secara keilmuan dianggap tepat untuk menjadi bagian dari problem solver

Sebagai suatu disiplin ilmu yang dilahirkan dari psikologi, jauh sebelum itu ditemukan bahwa konseling merupakan skill yang diajarkan Islam dalam redaksi "Tawassaubil Haq, Tawassaubissabr, Tawassaubil marhamah," yang dalam praktiknya mengindikasikan adanya relasi sosial antara sesama Manusia yang dalam teori Ibnu Khaldun sebagai identitas dasar manusia. Perpaduan antara paradigma keilmuan Islam dan psikologi modern inilah yang dibahasakan dakwah, sehingga menemukan dsar kekuatannya dalam Amal Islami. 
Islam menempatkan dakwah sebagai aktivitas yang diharuskan kepada setiap manusia, berangkat dari Hadist "Ballighuu annii wa lau aayat," juga sebuah qaul yang diungkapkan "Nahnu du'at Qabla kulli syai'in."

Dalam konteks kebutuhan akan konseling di masa depan, diprediksi berdasarkan arus globalisasi dan perkembangan manusia modern, dimana adanya sekian banyak persoalan psikis yang besar pengaruhnya terhadap perilaku beragama dan berbangsa setiap manusia. Persoalan psikis dan mental ini dianggap sesuatu yang urgent, sejalan dengan batasan sehat yang didefinisikan oleh WHO. Dalam pengertiannya dikatakan bahwa sehat itu terdiri dari jasmani, ruhani, mental, dst. 

Aktivitas konseling ini pada akhirnya diyakini sebagai layanan alternatif yang akan memulihkan kondisi mental-spiritual manusia, sehingga menjadi daya gerak yang mengantarkan manusia pada perilaku sadar dan terpuji. Mampu mengoptimalkan seluruh potensi insaniyah yang dibekalkan Allah SWT agar dapat menjalankan fungsi utama kehidupan, sebagai khalifah (wakil Allah) di bumi. 

Peran kekhalifahan sudah pasti menjaminkan sebuah tatanan kehidupan yang aman dan sejahtera, sebab ia adalah duplikasi dari sebagian sifat wajib Allah SWT dalam konteks kehidupan mahluk. 

Jika dalam proses konselingnya, seorang konselor mampu menjalankan fungsi ini, maka dapatlah dibenarkan bahwa konseling akan menjadi suatu kebutuhan manusia yang akan mendatangkan keuntungan di masa depan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBAGAI INSTRUKTUR KAMMI (1)

Harusnya, Munadzomun Fii Syu'unihi

SEBAGAI INSTRUKTUR KAMMI (2)