SURAT UNTUK MEI (2016)
Surat
Untuk Mei
Mei,
sepertinya ia tidak akan menemuiku dalam waktu dekat, firasat ini tergambar
begitu saja saat dimana aku hampir menyelesaikan pembahsan BAB 4 dalam
skripsiku. Aku menerawang agustus yang akan menjadi peringatan satu tahun tepat
ia mengenalku. Walaupun aku telah mengenalnya lebih lama dari itu.
Mei, kamu tahu ?
pertemanan kami, membawaku berkelana ke banyak dunia, bahkan aku mampu
menciptakan duniku sendiri. Dalam imajinasi yang cukup liar dan visualisasi
yang berani, aku menikmati setiap detik dari peranan ku di dalamnya. Nampaknya
ini adalah bagian dari caraku menemukan bahagia. Saat aku menulis surat ini
pun, aku merasa ini adalah bagian dari kebahagiaan yang langka, mei, sebab
segala rasa dapat tercurah bersama riuh inspirasi yang menyertainya. Artinya
aku hidup dan bertahan dengan banyak cara, yang pada intinya kemenangan di
setiap pertarungan di dunia ini selalu menjadi target luhurku.
Kerinduan
memang selalu menyisakan mahluk sejenisnya, mei, kau harus tahu itu. Kerinduan
tidak pernah selesai sebagaimana cinta yang tak pernah menemukan ujungnya.
Rindu dan cinta adalah dua mahluk yang tidak jarang membuat manusia bertemu
dengan kegamangannya. Keduanya itu misteri, antara keterusterangan dan kealpaan
wujudnya.
Masih selalu
terbayang wajah sayu yang ku lukis di atas buku yang hilang itu. Malam itu aku
begitu tersedak dengan rindu yang tak lagi berbentuk, tak lagi terbilang juga
tak dapat digenggam banyak dan besarnya. Wajah itu sayu dengan gurat yang ku lukis
nyaris sempurna. Saat itu masih februari, dimana meja bundar pertemuan nasional
menjadi media kebangkitan bayangnya.
Sekarang sudah Maret mei, dan
teka-teki tentang mu belum sampai ku katakan. Apa tak lagi berarti ? beda harga
kah dengan oktober lalu ? rupanya setahun berlalu.
Mei, bahasa ku semakin tak jelas, 2
bulan lagi aku menemui mu, seraya tak lagi sabar, hadiah apa yang akan ku beri
padamu ? ataukah aku dijegal ajal ? mungkin saja.
Komentar
Posting Komentar