Ilmu Bekal Hidup
Berapa banyak manusia butuh waktu
untuk membekali hidupnya ?
Perjalanan hidup yang kabarnya
singkat, tidak berarti kita jalan dengan mengalir tanpa perencanaan dan
pembelajaran. Sekolah kehidupan mungkin saja tidak terlembaga dengan jelas,
namun disetiap sudut kehidupan ada Hikmah yang Allah sediakan untuk manusia
yang berpikir. Proses berpikir itulah yang akan menjadi penentu nilai
seseorang, kedudukan dan nasib hidupnya.
Hikmah, dalam berbagai pengertian
dinyatakan sebagai sebuah penemuan berharga oleh orang terpilih, berasal dari
Allah serta mengandung kebaikan yang melahirkan kebaikan selanjutnya. Sebuah
perumpamaan yang pernah dismapiakan Said hawwa dalam kitab Tazkiyatun Nafs nya
akan pemaknaan hikmah. Ilmu adalah hikmah yang hilang dari seorang mukmin dan
wajib dihimpunnya dimanapun ia ( mukmin ) itu menemukannya.
Sedangkan berfikir, adalah suatu
aktifitas ukhrowi yang Allah hargai setara dengan 60.000 tahun ibadah. Beragam
kalimat dalam Al-Qur’an yang menerangkan anjuran ataupun kabar tertentu bagi
orang yang berfikir. Berfikir adalah pekerjaan tanpa otot namun menggunakan
tenaga otot dan kalbu sekaligus, seni menggabungkan keduanya yang berpadu dalam
simponi jiwa sehingga terekspresikan menjadi gagasan yang bernilai.
Kembali pada pertanyaan, berapa
lama manusia membekali diri untuk hidupnya ?
Kebutuhan hidup yang paling esensi sesungguhnya adalah pengetahuan.
Karena tidak mungkin kita melakukan sebuah aktifitas dan pekerjaan bahkan
sekedar rutinitas kehidupan, tanpa ada yang diketahui sebelumnya. Karenanya lah
pengetahuan merupakan hal yang paling fundamental dalam keberlangsungan hidup
manusia.
Orang yang telah menikmati Islam,
tidak lah heran jika ia berkata bahwa kebutuhannya akan ilmu merupakan
kebutuhan primer. Sebab ia akan faham betul dari mana sesungguhnya tuntunan
hidup itu bersumber. Ia juga kemudian akan mengerti bahwa ilmu akan memenuhi semua
tuntutan dan hajat hidup. Sebagai mana yang termasyur : “Barang siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu, barang seipa
ayang menginginkan akhirat maka (juga) dengan ilmu, dan barang siapa yang
menginginkan keduanya maka dengan ilmu”. Inilah yang menjadi keyakian
sekaligus pembuktian dikalangan orang-orang yang beriman.
Memiliki pengetahuan adalah
identitas dari ilmu itu sendiri. Dalam filsafatnya, ilmu memiliki definisi yang
kaya dan kompleks. Tidak saja pengetahuan yang menjadi cakupannya, namun juga
keterampilan, wawasan, pengalaman, ibroh (
pelajaran dari tiap peristiwa ) bahkan juga lintasan pemikiran yang mengandung
manfaat.
Wallahu
‘alam bissawwab
Komentar
Posting Komentar