Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

SEBAGAI INSTRUKUR KAMMI (3); Menyumbang Sepenggal Epilog

Mengelola DM3 ke-3 dan Menjejak Kepri kali ke-3 ( Tulisan ini memang hanyalah sepenggal Epilog yang diminta panitia. Diawali cerita, semoga ada manfaat bagi yang membaca )   Tidak butuh waktu lama memutuskan keberangkatan pada tugas besar kali itu. Setelah dimanjakan dengan pesona sejarah alam melayu di Pulau Batam, suatu tempat dimana kita dapati pintu Doraemon menuju Singapura. Batam juga meninggalkan jejak sejarah yang agung, sebagai bagian dari wilayah kemaharajaan melayu yang memberi  pengaruh besar pada permulaan Islam di tanah air. Di kesempatan itulah secara khusus, ketua Korps Instruktur Wilayah Kepri yang tidak lain adalah sahabat saya, menyampaikan surat tugas, dengan lisan pun ia pertegas "DM3 akan dilangsungkan bulan depan, tolong kau datang". Sehingga itu adalah kali ketiga di Kepri, setelah TFI khusus Batam tersebut dan TFI Kepri yang pertama kali digelar di Poyotomo Pulau Bintan, 2018 silam. Mengelola DM3 jika sesuai pada tertib keinstrukturan, menempa...

Pribadi yang Ringan

Pembuka Saat tercetus kalimat pribadi ringan ini, yang terbayang di benak saya tidak lain adalah sosok ulama kharismatik Buya Hamka. Visualisasinya dibantu lewat berbagai karikatur dan photo beliau di beberapa cover buku karangannya, yang berwajah santun, senyum lebar nan teduh, mencerminkan sosok yang ringan memandang hidup, walaupun beban tak terhingga beratnya, sebab terbiasa menanggung persoalan ummat. Lebih jauh lagi, sosok baginda Nabi, yang tentu tak dapat dibayangkan wajahnya, hanya ditelusuri dan direka-reka melalui penjelasan dalam Syamail Muhammadiyah. Sebab tak boleh ada yang memvisualisasikannya dalam karya rekaan nyata, baik karikatur apalagi film kartun. Ia begitu agung nan suci, hingga siapa saja yang menemukan wajah nya dalam tidur (mimpi) maka benarlah ia telah menjumpainya, syetan tak satupun bisa menyerupai. Sosok baginda Nabi SAW hanya bisa dirindui, semakin memuncak kerinduan, saat kita begitu butuh semisal keadilan yang dulu ditegakkannya. Dari kisah perja...

Ekspektasi Orientasi TC yang "Boleh Juga"

Gambar
Istilah Training Centre ini pertama kali saya simak pada zaman kepengurusannya Kang Andriyana tahun 2013-2015. Saat itu, saya pikir hanya semata gagasan Pak Sekjend, almarhum untuk menyatukan pandangan seluruh pengurus pusat yang menjabat. Tidak sempat terkonfirmasi, namun akhirnya itu menjadi tradisi kepengurusan setiap kali terbentuk pasca pelantikan. Tujuannya tidak lain, sebagai masa perkenalan, masa orientasi kepengurusan, juga pemaparan sebagian program kerja bidang jika waktu masih memungkinkan. Barangkali inilah kesempatan kedua bagi saya pribadi, menghadiri Training Centre 1. Sebelumnya pada 2017, dimana energi berpikir itu habis di bagian awal untuk perumusan tag line kepengurusan. Arahan Ketum pun tidak sempat disimak kala itu. Maka amat bersyukur di tahun ini saya merasa ada perbaikan agenda yang terlaksana. Bermula dari sesi ekspektasi orientasi, yang sempat menjadi bahan bancakan sebagian hadirin. Lebih tepatnya, mempertanyakan mungkin ya, hehe. Apa benar, moment itu...