Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Puisi Tentang Kekasih (2)

Terus Mencintai Bagaimana jika aku terus mencintai mu ? Memaku langkah laksana terendam lumpur, dipaku, tiada dapat bergerak Mengobservasi setiap peran, keadaan dan lingkungan hidup mu, Terbersit dalam maksudku, bolehkah aku menyapu sudut rumah mu ? Agar tiada debu yang menutupi iman, yang membuat buram, dan kotor-kumal seperti etalase kaca tanpa barang dagangan. Atau, Aku bermaksud menyianginya saja agar tetap segar dipandang Agar orang terhadapmu, seperti pesona Muhammad dan pengikutnya, walau sedikit mustahil. Bagaimana ? Sebab kebenaran yang terus kau genggam, mematrikan simpati Membuat aku terus mencintaimu. Bagaimana ? Jika di setiap kesempatan bicara, pikiranmu adalah bahasa yang paling ku hafal, Yang paling ku rasai pantas menuntun setiap sikap Depok-Jakarta, 7 Dzulhijjah 1438 / 29 Ags. 2017

SEBAGAI INSTRUKTUR KAMMI (2)

Jateng, Terimakasih. Aku Mulih.  Oleh: Emas Rahayu Jazaakumullaah khayran katsiiran .. Semoga nggak lebay (hehe) Saya memang sangat ingin berterimakasih pada Allah, kesempatan dan teman-teman. Sepekan di Akhir bulan ini, diizinkan membibit kembali tetumbuhan surga di wewengkon  kota praja kartasura. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melapangkan dada sesaudara Instruktur di PW Jawa Tengah, sehingga berkenan menerimaku sebagai perangkat pembantu di hajatannya. Rupanya persaudaraan kita dibentuk dengan cara yang simple, dengan kesungguhan dari dauroh ke dauroh, dengan kesamaan pandang atas apa yang selalu kita bela-belain  di akhir pekan kita. Bagiku pun, dauroh selalu menjadi tempat hiburan, yang memberi aroma surga. Kendati harus bertarung melawan diri untuk tetap menang dan terjaga di malam sepertiganya. Di siang-siang yang pasti sibuk, dan petang yang lelah. Namun kita mampu bertahan dalam kepercayaan, bahwa investasi kita tidak selalu berupa uang atau dina...

Puisi Gambaran Kekasih (1)

Hujan siang tadi Membuat gambar di ingat ku riang menari Tentang nya yang memeluk rindu Yang gemar melafadz dzikir-dzikir sendu Tentang rindu yang ku iringkan dengan hujan Yang semakin menggebu padahal dalam kebersamaan Wujud-Mu menguat tersebab nampaknya ciptaan Meraksasa dalam kalbu hamba beriman 8 tahun lalu ku sisipi kalimat kalimat pendek dalam catatan harian, Menuliskan Mu, menuliskan apa yang telah Kau perbuat dan persembahkan Menginsyafi setiap rencana dan kenyataan Memotret rona di wajah kekasih yang dirindukan Aduhai, tiadalah lagi aku sanggup sampaikan Tentang cinta yang selalu meledak diam-diam Tentang asa yang selalu menggantung terpancang Serta harap yang tak pernah usai digenggam Dalam lirik lagu heroik Atau bait-bait sajak perjuangan Pecahan cinta Mu terbagi bagi Andai angin hendak menyapu Maka anginnya hanya saat kepulanganku pada Mu Allah cintaku. Jakarta, juli 2017

Harusnya, Munadzomun Fii Syu'unihi

Lama lama hidup ngalir itu memang bosan, serba dadakan, serba diluar perencanaan. Walaupun sebenernya saya ambisius, dengan tipe lebih selow. Saya (cukup) terbiasa dengan sesuatu yang mendesak, sehingga semuanya serba harus terpenuhi dalam waktu yang cepat, terbiasa menyikapi sesuatu yang urgent, berpikir taktis - strategis. Sedikit berbahaya jika ini tidak diimbangi dengan peranan otak kanan. Jadi setiap persoalan itu memang perlu ditanggapi dengan cepat, tangkas. Apalagi jika persoalannya memang mendesak. Tidak jarang kelalaian menanggapi ini dampaknya bisa terkena ke seluruh anggota, jika si lalai nya itu adalah pimpinan. Pernah terjadi di salah satu gerakan mahasiswa yang terbiasa menyelenggarakan acara-acara pelatihan skala Nasional. Pimpinan yang pada saat itu sebagai ketua Steering Commitee lalai dalam memutuskan setiap masukan dari anggotanya, akhirnya saat terdesak, waktu semakin dekat, sementara tempat acara belum ditemukan, anggota berinisiatif untuk membooking temp...